Selasa, 25 Oktober 2016

Buku kedua yang saya beli sesudah novel yang berjudul “Gangway” karya Boim Lebon, yaitu buku yang berjudul “Still...” karya Esti Kinasih di Kota Bandung. Buku itu saya beli di toko buku-buku lama yang masih original karyanya, bukan buku hasil bajakan. Buku yang ditawarkan disana juga sangat beragam dengan harga yang sangat terjangkau. Yang lebih membuat saya senang, setelah membayar buku itu di kasir, pekerja toko dibelakang kasir tersebut menawarkan buku saya untuk di beri sampul plastik supaya lebih rapi. Baru kali ini saya melihat toko buku yang menyediakan fasilitas pasang sampul gratis. Membuat buku yang saya beli tetap terjaga sampulnya juga sampai sekarang bukunya masih bagus.


Entah mengapa setelah membaca buku tersebut saya baru menyadari pentingnya sebuah persahabatan dan sebuah hubungan dari pasangan kekasih. Melihat pengalaman pribadi saya yang tidak mulus dalam hal percintaan membawa saya pada satu kenyataan bahwa perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Didalam cerita tersebut berisi tentang kehidupan tiga orang cowok dan tiga orang cewek yang masing-masing dari indivisu memiliki hubungan khusus dengan individu lainnya. Dari geng cowok yaitu Bima, Rangga dan Rei bersahabat sejak mereka duduk dibangku sekolah menengah pertama sampai sekarang (kuliah).  Dari geng cewek yaitu Langen, Fani dan Febi. Bima, Rangga dan Rei memiliki hobi yang sama yaitu mendaki gunung. Banyak gunung sudah mereka daki. Banyak kejadian mengerikan yang sudah mereka alami. Itu wajar dialami seorang pendaki—menurut mereka. Kengerian itu tidak lantas membuat mereka bertiga menyerah, malah mereka bertiga tidak tahu bahwa masing-masing pacar mereka ternyata ikut mendaki juga. Rei yang saat itu berpacaran dengan Langen, Rangga yang berpacaran dengan Febi, namun untuk Bima dan Langen keduanya belum resmi berpacaran, hanya saja Bima sudah terlalu “posesif” ingin menjadikan Fani sebagai pacarnya, mau tidak mau Fani menuruti saja selama keselamatannya terjamin.
Masalah terjadi setelah kebut gunung itu, kelompok cowok yaitu Rei, Bima dan Rangga yang tidak tahu bahwa cewek mereka ternyata berhasil mengikuti mereka bertiga untuk sampai ke gunung itu. Alasan kelompok cewek yang nekat ikut memanjat ke atas gunung itu yakni karena mereka ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia cowok. Rei, Bima dan Rangga tidak mengijinkan Fani, Febi dan Langen untuk ikut mendaki bersama mereka, karena mereka bilang (kelompok cowok) kebut gunung itu cuma punya cowok, segala aktivitas cowok dengan tidak mau dicampuradukkan dengan urusan cewek. Gunung ya cuma milik cowok, cewek ngga boleh ikut. Akhirnya, Langen, Febi dan Fani terpaksa mengikuti rencana Langen karena mereka memiliki hubungan dengan masing-masing dari mereka dan mau tidak mau setuju dengan niatan Langen. Sebenarnya Febi sudah melarang, namun karena Fani setuju untuk ikut akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk mendaki gunung menyusul cowok mereka dengan menggunakan rute yang berbeda dan dengan bantuan teman kuliah mereka yang berpengalaman mendaki gunung.
Pendakian digunung merupakan hal yang sulit, sangat sulit malah menurut geng cewek, mereka sebenarnya tidak sanggup kalau harus mendaki gunung, namun cowok-cowok mereka kelihatan lebih “ganas” di gunung dan mereka ingin supaya cowok-cowok itu liat mereka, bahwa mereka (geng cewek) ternyata bisa manjat dan mereka bisa melakukan kegiatan yang tidak mereka—geng cowok duga sebelumnya.
Akhirnya, sebuah masalah terjadi. Kebut digunung itu merenggangkan hubungan antara Rei dengan Langen. Langen sewaktu kebut digunug berhasil melakukan sesuatu yang membuat Rei marah. Langen saat itu menggunakan baju yang transparan untuk bisa memancing perhatian geng cowok, padahal banyak pendaki cowok lainnya yang pada saat itu ikut mendaki dan hasilnya ikut melihat aksi langen serta pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, melihat tubuh indah seorang perempuan. Menurut Rei berbeda. Menurutnya Langen saat itu berpakaian sudah sangat minim, cenderung hampir telanjang. Dia tidak terima atas perlakuan Langen digunung itu serta terus kepikiran dengan kejadian itu. Otak dan hatinya tidak mau melupakan kejadian itu. Akhirnya, kemarahan Rei memuncak karena ternyata Langen yang merupakan pacarnya sendiri memberikan perlakuan yang berbeda daripada teman-temannya. Ia ingin melihat Langen secara langsung (maaf) membuka bajunya, untuk dilihat Rei sendiri, tetapi Langen tidak mau karena Rei saat itu terlalu emosi dan Langen takut akan ada kejadian yang lebih buruk menghampiri mereka, dan dipuncak emosi, Rei meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Langen yang saat itu takut, dan menangis tanpa membutuhkan waktu yang lama ikut menyetujui berakhirnya hubungan mereka.
Berbeda kasus dengan Bima dan Fani. Bima yang benar-benar menyayangi Fani, ternyata membuat Fani merasa terkekang. Hubungan mereka dikarenakan sebuah paksaan, paksaan Bima kepada Fani. Bima menganggap Fani itu pacarnya, sedangkan Fani menganggap Bima psikopat, gila dan yang lainnya yang membuat Fani merasa terkekang dengan hubungan mereka. Bima yang kali ini benar-benar memberikan perasaannya terhadap Fani nyatanya tidak membuat gadis iitu merasakan perhatiannya. Menurut Bima, cinta itu bisa dipaksakan kepada siapa orang yang diinginkannya dan cinta itu ada karena mereka mau memperjuangkannya.
Fani yang saat itu ingin membantu Langen untuk mendapatkan “mangsa” bau di kampus, ternyata Fani yang mendapatkannya. Fani merasa itu adalah fall in love, cinta pada pandangan pertama. Pria itu. Pria yang selalu memberikan senyumannya kepada Fanni sewaktu Fani dan Langen duduk ditaman. Sengaja, Fani duduk disini untuk mengamati cowok yang menjadi incaran hatinya. Mungkin ini jodoh yang diberikan Tuhan padanya.
Pada akhirnya, berita ini sampai ditelinga Bima, yang masih berstatus sebagai kekasih Fani. Dia ingin Fani hanya menjadi miliknya seorang! Tidak boleh ada orang yang mendekati Fani atau Fani menyukai orang lain! Tidak! Itu tidak bisa terjadi—menurut Bima. Aksi kejar-kejaran tidak dapat dihindari antara Fani dengan Bima. Fani yang saat itu sengaja berlindung dengan selalu bersama Langen ternyata tidak meruntuhkan niatan Bima untuk berbicara berdua dengannya. Dia takut Bima nantinya akan berbuat sesuatu yang tidak diinginkannya. Aksi kerjar-kejaran itu berakhir disebuah tempat yang dekat dengan atap kampus. Didalam gedung fakultas psikologi. Bima yang saat itu meminta bantua Andreas yang merupakan teman satu jurusannya untuk mengikuti Fani karena Bima beralasan Fani sedang ngambek dengannya, tidak mau bertemu dengannya dan Andreas diminta untuk mengawasi Fani dan melaporkannya kepada Bima dimana posisi Fani sebenarnya.
Kejar-kejaran itu dimenangkan oleh Bima dengan Fani yang cenderung bersikap pasrah karena dia sudah tertangkap oleh Bima. Sudah tidak bisa melarikan diri. Dia tidak usah dilawan. Turuti saja kemauannya. Bimaa akhinya membawa Fani kerumahnya. Fani diminta diduduk dikursi kamarnya. Dia ingin foto berdua karena dirinya (Bima) tidak memiliki foto pasangan dengan Fani. Setelah berfoto, datang Rei dan Rangga. Melihat wajah Fani yang pucat pasi, tangan yang kaku serta ketakutan membuat Rei dan Rangga berniat membawa kabur Fani dari rumah Bima. Menurutnya Bima ini sudah keterlaluan, membuat anak gadis orang hampir mati ketakutan dengan kondisi yang seperti itu. Namun Bima seolah tidak memperdulikannya.
 Disaat Bima lengah, Rangga langsung membawa Fani keluar dari kamar Bima. Membawanya keluar dari rumah Bima dan sementara Fani tidak akan pulang kerumahnya atau kerumah Langen atau Febi. Tidak juga kerumah Rei atau Rangga. Hanya Rangga yang tahu Fani dibawa kemana saat itu. Rei yang kewalahan menghadapi perlawanan Bima saat itu beralasan bahwa saat itu dirinya ingin melindungi Bima, bukan Fani. Karena kalau sampai orang tua Fani tahu bisa sampai ke polisi masalah ini. Bima menyadari bahwa perlakuannya memang sudah keterlaluan. Dia kemudian menginggat mantan-matan pacarnya yang dulu dan dia mendapatkan fakta bahwa banyak diantara mereka yang hidupnya menjadi tidak jelas setelah bertemu Bima. Kuliah mereka jadi berantakan setelah bertemu Bima. Banyak cowok beranggapan apabila cewek sudah pacaran dengan Bima pasti cewek itu sudah “rusak” dalam kata lain pasti udah berbuat sesuatu dengan Bima. Banyak cewek yang setelah putus dengan Bima akhirnya menjadi bahan percobaan cowok lain, mereka tidak serius untuk menjalin hubungan dengan mantan cewek Bima.
Bima akhirnya sadar dan melepaskan Fani. Biarkan Fani mencari cowok yang diinginkannya. Reaksi Fani setelah putus dengan Bima berbeda dengan cewek yang sebelumnya (mantan pacar Bima). Fani bersikap seolah-olah ia kuda yang baru saja dilepas ke alam liar. Senang dan bahagia. Akhirnya Fani mendekati Ferry, cinta pandangan pertama miliknya. Cowok yang menutnya baik, ngga akan berbuat macem-macem. Tapi ternyata itu semua berbanding terbalik dengan kenyataan yang didapatkan Fani. Ternyata Ferry Cuma main-main denganya. Ferry menganggap sama dengan cowok lain bahwa mantan pacar Bima pasti cewek rusak! Pasti udah diapa-apain. Fani saat itu kecewa, marah dan sedih langsung memecahkan kaca mobil Ferry dan memutuskan untuk pergi dari tempat itu menggunakan taksi. Karena Ferry saat itu membawanya ke sebuah hotel.
Diakhir cerita, Fani dan Bima bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Fani saat itu baru menyadari bahwa Bima memang benar-benar tulus menyayangi dirinya. Terbukti, dengan segala macam bentuk pelarian yang dia lakukan, Bima masih tetap memberikan perhatiaan kepada Fani. Bima ingin Fani tahu bahwa dia memang benar-benar sayang dengan ceweknya dan keembali lagi bersama dirinya menjalin sebuah hubungan yang kali ini diinginkan keduanya. Bima tidak mau ada paksaan didalam hubugan mereka berdua.
Langen dan Rei juga berhasil menyelesaikan masalah mereka sendiri, tetapi sebelumnya terjadi perkelahian antara Rangga dengan Rei karena Rangga ingin Rei mengeluarkan semua emosinya dan setelah itu mau berbicara dengan Langen. Langen yang pada saat itu berada disana, mendengar penjelasan Rei yang sampai saat ini masih memikirkan dirinya oadahal mereka sudah bukan pasangan kekasih lagi. Langen akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Rei, kebut digunung waktu itu sebenarnya ia ingin meminta tolong dengan Rei, tetapi Rei sudah bersama dengan Bima dan Rangga. Rei menjadi sulit dimintai pertolongan karena saat itu dia bersama Bima dan Rangga yang sama-sama tidak perduli dengannya. Buka baju itu Langen lakukan karena dia yakin disitu ada Rei, ia pasti akan dilindugi, pasti aman, pasti save. Dia ngga akan melakukan hal itu apabila tidak ada orang yang akan melindunginya, ada Rei disitu maka dia berani mengambil tindakan itu. Rei pada saat itu langsung meminta maaf dan meminta dengan Langen bagaimana menebus kesalahannya.
Akhirnya, demi menebus kesalahannya, Rei, Bima dan Rangga berencana membawa cewek-cewek mereka mendaki gunung bersama mereka. Gunung Mahameru yang terkenal eksotis dan medan yang sangat berat. Banyak pendaki yang meninggal didalam perjalanan karena strategi mereka salah dan mereka kurang berpengalaman, hanya modal nekad saja. Namun, Langen, Febi dan Fani menolak ajakan tersebut. Mereka takut kejadian yang sama akan terjadi kali. Rei dan Bima akhirnya meyakinkan Langen dan Fani supaya mereka ikut, tidak perlu takut dan cemas. Masalah yang kemarin tidak usah dipikirkan lagi. Kegiatan ini murni untuk senang-senang, hitung-hitung liburan bersama pacar. Akhirnya Langen, Fani dan Febi setuju dan mereka berenam bersiap-siap untuk mendaki ke Semeru, tetapi sebeluma mereka harus mengumpulkan berbekalan yang nanti akan dibawa saat mendaki.
Kelebihan dari cerita ini menurut saya yaitu penulis mampu membawa pembacanya berimajinasi hingga mendaki gunung. Penulis menyajikan cerita dengan tulisan yang ringan, bahasanya tidak terbelit-belit dan mudah dimengerti karena kejadian ini biasa terjadi dikehidupan sehari-hari. Buku ini juga tidak bisa ditebak alur ceritanya. Saya membaca dari bab-ke bab selanjutnya semakin membuat saya penasaran. Buku ini berhasil saya baca hanya dalam waktu beberapa jam saja. Karena ceritanya unik dan masalah yang dialami pasangan-pasangan didalam cerita ini membuat saya berfikir ternyata dalam sebuah hubungan harus ada keikhlasan untuk merelakan kalau mereka tidak ingin menyakiti hati orang yang mereka sayang. Jujur, tidak berprasangka buruk dan saling percaya dengan pasangan merupakan syarat utama langgengnya suatu hubungan.
Kekurangannya buku ini dicetak masih menggunakan kertas buram karena edisi lama, edisi pertama terbut tahun 2004, saya membelinya tahun 2010. Tulisannya juga menggunakan ukuran huruf yang cenderung besar, bisa sampai 13 atau 14 ukuran hurufnya. Didalam novel ini juga banyak menggunakan kata-kata tidak baku seperti kata sapaan lo, gue, nebusnya, ngambek, dan masih banyak yang lain yang cenderung menggunakan percakapan sehari-hari antara mahasiswa yang hidup dijaman sekarang.

Mengapa buku ini berpengaruh didala hidupku? Karena dari buku ini saya belajar bahwa mencintai seseorang tidak perlu memaksakan. Apabila orang yang kita sayang ternyata ingin mencari kebahagiaan lain yang bisa membuat perasaannya lebih baik, kita harus rela melepasnya. Rasa sakit hati itu ada. Itu biasa terjadi. Jangan memandang sebuah hubungan hanya untuk mencari sensasi atau tujuan tertentu. Suatu hubungan akan berjalan dengan baik apabila kita ikhlas menjalankannya dan kita sama-sama menyayangi pasangan kita. Biarkan nanti hati yang menentukan, akan kembali kepada kekasih lama yang brengsek tetapi dia tidak menutupi semua kekurangannya atau mencari kekasih baru yang kita tidak tahu sebelumnya dia seperti apa dan apakah dia cowok yang baik atau tidak, bertanggungjawab atau tidak, menyayangi kamu dengan tulus atau tidak, melindungi pada saat kamu membutuhkan atau tidak. Semua kembali kepada diri masing-masing. Meminta pentunjuk dari Yang Maha Kuasa semoga kalau memang dia benar jodohku, dekatkanlah aku padanya dan mudahkanlah kami dalam menjalani hubungan ini. 
Pengin banget ketemu sama Esti Kinasih, pengin wawancara langsung, meet up denngan beliau. Pengin tau tentang pengalamannya menulis. Pengin bisa nulis yang bagus ceritanya itu seperti apa. Pengin aku wawancarain panjang lebar biar rasa penasaranku ini terobati. JAtuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ii membuat saya ikut mengkoleksi lebih dari 13 novel, berharap menemukan cderita yang sebaguus dan semenarik karya bikinan Esti Kinasih. Penasaran sama wajah Esti Kinasih, ini beliau


#Saya minta maaf barangkali isi yang saya sampaikan berbeda jauh dengan isi didalam novel, atau mungkin banyak salah kata didalamnya, seperti itu isi novel setelah saya baca menurut versi saya, terima kasih sudah mampir#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar