Buku kedua yang saya beli sesudah novel
yang berjudul “Gangway” karya Boim Lebon, yaitu buku yang berjudul “Still...”
karya Esti Kinasih di Kota Bandung. Buku itu saya beli di toko buku-buku lama
yang masih original karyanya, bukan buku hasil bajakan. Buku yang ditawarkan
disana juga sangat beragam dengan harga yang sangat terjangkau. Yang lebih
membuat saya senang, setelah membayar buku itu di kasir, pekerja toko
dibelakang kasir tersebut menawarkan buku saya untuk di beri sampul plastik
supaya lebih rapi. Baru kali ini saya melihat toko buku yang menyediakan fasilitas
pasang sampul gratis. Membuat buku yang saya beli tetap terjaga sampulnya juga
sampai sekarang bukunya masih bagus.
Entah mengapa setelah
membaca buku tersebut saya baru menyadari pentingnya sebuah persahabatan dan
sebuah hubungan dari pasangan kekasih. Melihat pengalaman pribadi saya yang
tidak mulus dalam hal percintaan membawa saya pada satu kenyataan bahwa
perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Didalam cerita tersebut berisi tentang
kehidupan tiga orang cowok dan tiga orang cewek yang masing-masing dari
indivisu memiliki hubungan khusus dengan individu lainnya. Dari geng cowok
yaitu Bima, Rangga dan Rei bersahabat sejak mereka duduk dibangku sekolah
menengah pertama sampai sekarang (kuliah). Dari geng cewek yaitu Langen, Fani dan Febi.
Bima, Rangga dan Rei memiliki hobi yang sama yaitu mendaki gunung. Banyak
gunung sudah mereka daki. Banyak kejadian mengerikan yang sudah mereka alami.
Itu wajar dialami seorang pendaki—menurut mereka. Kengerian itu tidak lantas
membuat mereka bertiga menyerah, malah mereka bertiga tidak tahu bahwa
masing-masing pacar mereka ternyata ikut mendaki juga. Rei yang saat itu
berpacaran dengan Langen, Rangga yang berpacaran dengan Febi, namun untuk Bima
dan Langen keduanya belum resmi berpacaran, hanya saja Bima sudah terlalu
“posesif” ingin menjadikan Fani sebagai pacarnya, mau tidak mau Fani menuruti
saja selama keselamatannya terjamin.
Masalah terjadi setelah
kebut gunung itu, kelompok cowok yaitu Rei, Bima dan Rangga yang tidak tahu
bahwa cewek mereka ternyata berhasil mengikuti mereka bertiga untuk sampai ke
gunung itu. Alasan kelompok cewek yang nekat ikut memanjat ke atas gunung itu
yakni karena mereka ingin mengetahui lebih dalam tentang dunia cowok. Rei, Bima
dan Rangga tidak mengijinkan Fani, Febi dan Langen untuk ikut mendaki bersama
mereka, karena mereka bilang (kelompok cowok) kebut gunung itu cuma punya
cowok, segala aktivitas cowok dengan tidak mau dicampuradukkan dengan urusan
cewek. Gunung ya cuma milik cowok, cewek ngga boleh ikut. Akhirnya, Langen,
Febi dan Fani terpaksa mengikuti rencana Langen karena mereka memiliki hubungan
dengan masing-masing dari mereka dan mau tidak mau setuju dengan niatan Langen.
Sebenarnya Febi sudah melarang, namun karena Fani setuju untuk ikut akhirnya
mereka bertiga memutuskan untuk mendaki gunung menyusul cowok mereka dengan
menggunakan rute yang berbeda dan dengan bantuan teman kuliah mereka yang
berpengalaman mendaki gunung.
Pendakian digunung
merupakan hal yang sulit, sangat sulit malah menurut geng cewek, mereka
sebenarnya tidak sanggup kalau harus mendaki gunung, namun cowok-cowok mereka
kelihatan lebih “ganas” di gunung dan mereka ingin supaya cowok-cowok itu liat
mereka, bahwa mereka (geng cewek) ternyata bisa manjat dan mereka bisa
melakukan kegiatan yang tidak mereka—geng cowok duga sebelumnya.
Akhirnya, sebuah
masalah terjadi. Kebut digunung itu merenggangkan hubungan antara Rei dengan
Langen. Langen sewaktu kebut digunug berhasil melakukan sesuatu yang membuat
Rei marah. Langen saat itu menggunakan baju yang transparan untuk bisa
memancing perhatian geng cowok, padahal banyak pendaki cowok lainnya yang pada
saat itu ikut mendaki dan hasilnya ikut melihat aksi langen serta pemandangan
yang sayang untuk dilewatkan, melihat tubuh indah seorang perempuan. Menurut
Rei berbeda. Menurutnya Langen saat itu berpakaian sudah sangat minim,
cenderung hampir telanjang. Dia tidak terima atas perlakuan Langen digunung itu
serta terus kepikiran dengan kejadian itu. Otak dan hatinya tidak mau melupakan
kejadian itu. Akhirnya, kemarahan Rei memuncak karena ternyata Langen yang
merupakan pacarnya sendiri memberikan perlakuan yang berbeda daripada
teman-temannya. Ia ingin melihat Langen secara langsung (maaf) membuka bajunya,
untuk dilihat Rei sendiri, tetapi Langen tidak mau karena Rei saat itu terlalu
emosi dan Langen takut akan ada kejadian yang lebih buruk menghampiri mereka,
dan dipuncak emosi, Rei meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Langen yang
saat itu takut, dan menangis tanpa membutuhkan waktu yang lama ikut menyetujui
berakhirnya hubungan mereka.
Berbeda kasus dengan
Bima dan Fani. Bima yang benar-benar menyayangi Fani, ternyata membuat Fani
merasa terkekang. Hubungan mereka dikarenakan sebuah paksaan, paksaan Bima
kepada Fani. Bima menganggap Fani itu pacarnya, sedangkan Fani menganggap Bima
psikopat, gila dan yang lainnya yang membuat Fani merasa terkekang dengan
hubungan mereka. Bima yang kali ini benar-benar memberikan perasaannya terhadap
Fani nyatanya tidak membuat gadis iitu merasakan perhatiannya. Menurut Bima,
cinta itu bisa dipaksakan kepada siapa orang yang diinginkannya dan cinta itu
ada karena mereka mau memperjuangkannya.
Fani yang saat itu
ingin membantu Langen untuk mendapatkan “mangsa” bau di kampus, ternyata Fani
yang mendapatkannya. Fani merasa itu adalah fall in love, cinta pada pandangan
pertama. Pria itu. Pria yang selalu memberikan senyumannya kepada Fanni sewaktu
Fani dan Langen duduk ditaman. Sengaja, Fani duduk disini untuk mengamati cowok
yang menjadi incaran hatinya. Mungkin ini jodoh yang diberikan Tuhan padanya.
Pada akhirnya, berita
ini sampai ditelinga Bima, yang masih berstatus sebagai kekasih Fani. Dia ingin
Fani hanya menjadi miliknya seorang! Tidak boleh ada orang yang mendekati Fani
atau Fani menyukai orang lain! Tidak! Itu tidak bisa terjadi—menurut Bima. Aksi
kejar-kejaran tidak dapat dihindari antara Fani dengan Bima. Fani yang saat itu
sengaja berlindung dengan selalu bersama Langen ternyata tidak meruntuhkan
niatan Bima untuk berbicara berdua dengannya. Dia takut Bima nantinya akan
berbuat sesuatu yang tidak diinginkannya. Aksi kerjar-kejaran itu berakhir
disebuah tempat yang dekat dengan atap kampus. Didalam gedung fakultas
psikologi. Bima yang saat itu meminta bantua Andreas yang merupakan teman satu
jurusannya untuk mengikuti Fani karena Bima beralasan Fani sedang ngambek
dengannya, tidak mau bertemu dengannya dan Andreas diminta untuk mengawasi Fani
dan melaporkannya kepada Bima dimana posisi Fani sebenarnya.
Kejar-kejaran itu
dimenangkan oleh Bima dengan Fani yang cenderung bersikap pasrah karena dia
sudah tertangkap oleh Bima. Sudah tidak bisa melarikan diri. Dia tidak usah
dilawan. Turuti saja kemauannya. Bimaa akhinya membawa Fani kerumahnya. Fani
diminta diduduk dikursi kamarnya. Dia ingin foto berdua karena dirinya (Bima)
tidak memiliki foto pasangan dengan Fani. Setelah berfoto, datang Rei dan
Rangga. Melihat wajah Fani yang pucat pasi, tangan yang kaku serta ketakutan
membuat Rei dan Rangga berniat membawa kabur Fani dari rumah Bima. Menurutnya
Bima ini sudah keterlaluan, membuat anak gadis orang hampir mati ketakutan
dengan kondisi yang seperti itu. Namun Bima seolah tidak memperdulikannya.
Disaat Bima lengah, Rangga langsung membawa
Fani keluar dari kamar Bima. Membawanya keluar dari rumah Bima dan sementara
Fani tidak akan pulang kerumahnya atau kerumah Langen atau Febi. Tidak juga
kerumah Rei atau Rangga. Hanya Rangga yang tahu Fani dibawa kemana saat itu.
Rei yang kewalahan menghadapi perlawanan Bima saat itu beralasan bahwa saat itu
dirinya ingin melindungi Bima, bukan Fani. Karena kalau sampai orang tua Fani
tahu bisa sampai ke polisi masalah ini. Bima menyadari bahwa perlakuannya
memang sudah keterlaluan. Dia kemudian menginggat mantan-matan pacarnya yang
dulu dan dia mendapatkan fakta bahwa banyak diantara mereka yang hidupnya
menjadi tidak jelas setelah bertemu Bima. Kuliah mereka jadi berantakan setelah
bertemu Bima. Banyak cowok beranggapan apabila cewek sudah pacaran dengan Bima
pasti cewek itu sudah “rusak” dalam kata lain pasti udah berbuat sesuatu dengan
Bima. Banyak cewek yang setelah putus dengan Bima akhirnya menjadi bahan
percobaan cowok lain, mereka tidak serius untuk menjalin hubungan dengan mantan
cewek Bima.
Bima akhirnya sadar dan
melepaskan Fani. Biarkan Fani mencari cowok yang diinginkannya. Reaksi Fani
setelah putus dengan Bima berbeda dengan cewek yang sebelumnya (mantan pacar
Bima). Fani bersikap seolah-olah ia kuda yang baru saja dilepas ke alam liar.
Senang dan bahagia. Akhirnya Fani mendekati Ferry, cinta pandangan pertama
miliknya. Cowok yang menutnya baik, ngga akan berbuat macem-macem. Tapi
ternyata itu semua berbanding terbalik dengan kenyataan yang didapatkan Fani. Ternyata
Ferry Cuma main-main denganya. Ferry menganggap sama dengan cowok lain bahwa
mantan pacar Bima pasti cewek rusak! Pasti udah diapa-apain. Fani saat itu
kecewa, marah dan sedih langsung memecahkan kaca mobil Ferry dan memutuskan
untuk pergi dari tempat itu menggunakan taksi. Karena Ferry saat itu membawanya
ke sebuah hotel.
Diakhir cerita, Fani
dan Bima bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Fani saat itu baru
menyadari bahwa Bima memang benar-benar tulus menyayangi dirinya. Terbukti,
dengan segala macam bentuk pelarian yang dia lakukan, Bima masih tetap
memberikan perhatiaan kepada Fani. Bima ingin Fani tahu bahwa dia memang
benar-benar sayang dengan ceweknya dan keembali lagi bersama dirinya menjalin
sebuah hubungan yang kali ini diinginkan keduanya. Bima tidak mau ada paksaan
didalam hubugan mereka berdua.
Langen dan Rei juga
berhasil menyelesaikan masalah mereka sendiri, tetapi sebelumnya terjadi
perkelahian antara Rangga dengan Rei karena Rangga ingin Rei mengeluarkan semua
emosinya dan setelah itu mau berbicara dengan Langen. Langen yang pada saat itu
berada disana, mendengar penjelasan Rei yang sampai saat ini masih memikirkan
dirinya oadahal mereka sudah bukan pasangan kekasih lagi. Langen akhirnya
menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Rei, kebut digunung waktu itu
sebenarnya ia ingin meminta tolong dengan Rei, tetapi Rei sudah bersama dengan
Bima dan Rangga. Rei menjadi sulit dimintai pertolongan karena saat itu dia
bersama Bima dan Rangga yang sama-sama tidak perduli dengannya. Buka baju itu
Langen lakukan karena dia yakin disitu ada Rei, ia pasti akan dilindugi, pasti
aman, pasti save. Dia ngga akan
melakukan hal itu apabila tidak ada orang yang akan melindunginya, ada Rei
disitu maka dia berani mengambil tindakan itu. Rei pada saat itu langsung
meminta maaf dan meminta dengan Langen bagaimana menebus kesalahannya.
Akhirnya, demi menebus
kesalahannya, Rei, Bima dan Rangga berencana membawa cewek-cewek mereka mendaki
gunung bersama mereka. Gunung Mahameru yang terkenal eksotis dan medan yang
sangat berat. Banyak pendaki yang meninggal didalam perjalanan karena strategi
mereka salah dan mereka kurang berpengalaman, hanya modal nekad saja. Namun,
Langen, Febi dan Fani menolak ajakan tersebut. Mereka takut kejadian yang sama
akan terjadi kali. Rei dan Bima akhirnya meyakinkan Langen dan Fani supaya
mereka ikut, tidak perlu takut dan cemas. Masalah yang kemarin tidak usah
dipikirkan lagi. Kegiatan ini murni untuk senang-senang, hitung-hitung liburan
bersama pacar. Akhirnya Langen, Fani dan Febi setuju dan mereka berenam
bersiap-siap untuk mendaki ke Semeru, tetapi sebeluma mereka harus mengumpulkan
berbekalan yang nanti akan dibawa saat mendaki.
Kelebihan dari cerita
ini menurut saya yaitu penulis mampu membawa pembacanya berimajinasi hingga
mendaki gunung. Penulis menyajikan cerita dengan tulisan yang ringan, bahasanya
tidak terbelit-belit dan mudah dimengerti karena kejadian ini biasa terjadi
dikehidupan sehari-hari. Buku ini juga tidak bisa ditebak alur ceritanya. Saya
membaca dari bab-ke bab selanjutnya semakin membuat saya penasaran. Buku ini
berhasil saya baca hanya dalam waktu beberapa jam saja. Karena ceritanya unik
dan masalah yang dialami pasangan-pasangan didalam cerita ini membuat saya
berfikir ternyata dalam sebuah hubungan harus ada keikhlasan untuk merelakan
kalau mereka tidak ingin menyakiti hati orang yang mereka sayang. Jujur, tidak
berprasangka buruk dan saling percaya dengan pasangan merupakan syarat utama
langgengnya suatu hubungan.
Kekurangannya buku ini
dicetak masih menggunakan kertas buram karena edisi lama, edisi pertama terbut
tahun 2004, saya membelinya tahun 2010. Tulisannya juga menggunakan ukuran
huruf yang cenderung besar, bisa sampai 13 atau 14 ukuran hurufnya. Didalam
novel ini juga banyak menggunakan kata-kata tidak baku seperti kata sapaan lo,
gue, nebusnya, ngambek, dan masih banyak yang lain yang cenderung menggunakan
percakapan sehari-hari antara mahasiswa yang hidup dijaman sekarang.
Mengapa buku ini
berpengaruh didala hidupku? Karena dari buku ini saya belajar bahwa mencintai
seseorang tidak perlu memaksakan. Apabila orang yang kita sayang ternyata ingin
mencari kebahagiaan lain yang bisa membuat perasaannya lebih baik, kita harus
rela melepasnya. Rasa sakit hati itu ada. Itu biasa terjadi. Jangan memandang
sebuah hubungan hanya untuk mencari sensasi atau tujuan tertentu. Suatu
hubungan akan berjalan dengan baik apabila kita ikhlas menjalankannya dan kita
sama-sama menyayangi pasangan kita. Biarkan nanti hati yang menentukan, akan
kembali kepada kekasih lama yang brengsek tetapi dia tidak menutupi semua
kekurangannya atau mencari kekasih baru yang kita tidak tahu sebelumnya dia
seperti apa dan apakah dia cowok yang baik atau tidak, bertanggungjawab atau
tidak, menyayangi kamu dengan tulus atau tidak, melindungi pada saat kamu
membutuhkan atau tidak. Semua kembali kepada diri masing-masing. Meminta
pentunjuk dari Yang Maha Kuasa semoga kalau memang dia benar jodohku,
dekatkanlah aku padanya dan mudahkanlah kami dalam menjalani hubungan ini.
Pengin banget ketemu sama Esti Kinasih, pengin wawancara langsung, meet up denngan beliau. Pengin tau tentang pengalamannya menulis. Pengin bisa nulis yang bagus ceritanya itu seperti apa. Pengin aku wawancarain panjang lebar biar rasa penasaranku ini terobati. JAtuh cinta pada pandangan pertama dengan buku ii membuat saya ikut mengkoleksi lebih dari 13 novel, berharap menemukan cderita yang sebaguus dan semenarik karya bikinan Esti Kinasih. Penasaran sama wajah Esti Kinasih, ini beliau
#Saya minta maaf barangkali isi yang saya sampaikan berbeda jauh dengan isi didalam novel, atau mungkin banyak salah kata didalamnya, seperti itu isi novel setelah saya baca menurut versi saya, terima kasih sudah mampir#